Jumat, 01 April 2016

Glukosa (Reduksi) Dan Protein Urin (Albumin)

PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN BENEDICT 

A.   Dasar Teori
Adanya glukosa dalam urine disebut glukosuria, pada hakekatnya glukosa itu diatur oleh 2 faktor yaitu :
1.    Kadar zat glukosa di dalam urin
2.    Ambang ginjal terhadap pengeluaran zat glukosa dengan urin. Ambang ginjal terhadap pengeluaran zat glukosa pada kebanyakan orang bertubuh sehat adalah 180 mg%. Gejala glukouria itu akan terjadi jika kadar glukosa darah melebihi nilai ambang ginjal. Ambang ginjal tersebut dapat meninggi atau merendah, peristiwa yang juga terdapat pada penyakit diabetes.
Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/ keton bebas).
Tes glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi, dikerjakan dengan menggunakan fehling, benedict, dan clinitest. Ketiga jenis tes ini dapat digolongkan dalam jenis pemeriksaan semi-kuantitatif. Sedangkan tes glukosa dengan reaksi enzimatik dilakukan dengan metode carik celup yang tergolong dalam pemeriksaan semi-kuantitatif dan kuantitatif (Subawa.2010).
Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar tabung.  Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan.
Namun reduksi positif tidak selalu berarti pasien menderita Diabetes Melitus. Hal ini dikarenakan pada penggunaan cara reduksi dapat terjadi hasil positif palsu pada urin yang disebabkan karena adanya kandungan bahan reduktor selain glukosa. Bahan reduktor yang dapat menimbulkan reaksi positif palsu tersebut antara lain : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, dan vitamin C. Oleh karena itu perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk memastikan jenis gula pereduksi yang terkandung dalam sampel urine. Hal ini dikarenakan hanya kandungan glukosa yang mengindikasikan keberadaan penyakit diabetes. Penggunaan cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl. Nilai ambang ginjal untuk glukosa dalam keadaan normal adalah 160-180 mg.

B.   Tujuan Pemeriksaan
Untuk menentukan adanya glukose dalam urin secara semi kuantitatif.

C.   Prinsip Pemeriksaan
Gukosa dapat mereduksi kupri dalam reagen benedict dalam larutan alkalis sehingga terjadi perubahan warna, dengan melihat warna yang terjadi dapat diperkirakan kadar glukosa dalam urin.

D.   Persiapan pasien
Dilarang minum obat vit.C, salisilat, sterptomisin → memberi hasil positif palsu
E.   Bahan Pemeriksaan 
Urine segarF.    Alat dan Reagen
Alat :
  1. 1 Tabung reaksi
  2. Penjepit tabung reaksi
  3. Rak tabung
  4. Pipet tetes
  5. Corong
  6. Pipet volume
  7. Lampu spiritus/ bunsen
  8. Beker glass
Bahan :
  1. 5 cc larutan benedict
  2. Urine patologis
G.   Cara Pemeriksaan
  1. Masukkan 5 ml atau 2,5 ml reagen benedict kedalam tabung reaksi
  2. Teteskan 8 tetes urin patologis kedalamnya (untuk 5ml reagen) atau 4 tetes urin (untuk 2,5 ml reagen)
  3. Campurkan urin patologis 5 – 8 tetes ke dalam tabung yang telah berisi benedict.
  4. Masukkan tabung ke dalam pemanas air selama 5 menit atau panaskan di tas nyala lampu api spiritus sampai terbentuk gelembung
  5. Angkat dan kocok isi tabung lalu di dinginkan
  6. Setelah dingin, baca hasil reaksinya dengan terlebih dahulu mengosok isi tabung
H.   Pelaporan Hasil Pemeriksaan
  1. Negatif (-) : bila larutan tetap berwarna biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan agak keruh
  2. Positif (+)  : bila larutan berwarnahijau kekuning-kuningan dan keruh, kadar glukosa 0,5-1gr%
  3. Positif (+ +)    : bila larutan berwarna kuning keruh, kadar glukosa 1-1,5 gr%
  4. Positif (+ + +) : bila warna larutan jingga atau warna lumpur keruh, kadar glukosa 2-3,5gr%
5.    Positif (++++) : bila warna merah keruh, kadar glukosa >3,5 gr%





Gambar 5. Hasil Pemeriksaan Glukosa Urin








PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN (BENEDICT SEMIKUANTITATIF)

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :
0          :  Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1          :  Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus berurutan)
2          :  Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3          :  Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A     :  Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini
LANGKAH/TUGAS
PENILAIAN
0
1
2
3
N/A
PERSIAPAN ALAT





1.    Pereaksi Benedict, reagen Benedict





2.    Urin wanita hamil (diberi label nama)





3.    Tabung reaksi





4.    Rak tabung reaksi, penjepit tabung, sarung tangan





5.    Lampu spiritus





6.    Korek api





7.    Spuit 5 cc





8.    Pipet





9.    Bengkok





10. Waskom berisi larutan klorin 0,5%





PELAKSANAAN





1.    Isilah tabung reaksi dengan pereaksi Benedict masing-masing 2,5 cc atau 5 cc





2.    Masukkan urin patologis pada salah satu tabung tersebut sebanyak 4 tetes (2,5 cc benedict), 8 tetes (5 cc benedict)





3.    Panaskan diatas lampu spiritus sampai mendidih, biarkan dingin





4.    Bandingkan dengan tabung yang lain dan lihat perbedaan warnanya






Catatan
NO
WARNA
PENILAIAN
1.     
Biru/hijau keruh
(-)
2.     
Hijau/hijau kekuningan
(+)
3.     
Kuning/kuning kehijauan
(++)
4.     
Jingga
(+++)
5.     
Endapan merah bata
(++++)

PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN FEHLING

A.   Tujuan
Untuk memeriksa adanya kandungan glukosa dalam sampel urine.

B.   Metode yang Digunakan
Tes glukosa urine dilakukan dengan menggunakan metode fehling. Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO.

C.   Prinsip Pemeriksaan
Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri menjadi kupro kemudian membentuk Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. Intensitas warna merah dari ini secara kasar menunjukkan kadar glukosa dalam urine yang diperiksa.

D.   Alat dan Bahan
Alat
1.    Tabung reaksi
2.    Api bunsen
3.    Pipet volume
4.    Ball filler
Bahan
1.    Sampel urine
2.    Reagen Fehling A dan Fehling B

E.   Cara Kerja
1.    Dipipet 1 ml fehling A dan Fehling B, dan dicampurkan dalam tabung reaksi hingga homogen (untuk pemeriksaan tiga sampel).
2.    Dipipet masing-masing 1 ml larutan tersebut ke dalam tiga tabung reaksi
3.    Ditambahkan masing-masing 0,5 ml sampel urine ke dalam tiga tabung reaksi tersebut
4.    Ketiga tabung dipanaskan di atas api bunsen hingga mendidih
5.    Setelah dingin, diamati perubahan warna yang terjadi pada ketiga tabung.

F.    Interpretasi
(-)           : warna biru / hijau keruh
(+)          : larutan keruh dan hijau agak kuning
(++)        : kuning kehijauan dengan endapan kuning
(+++)      : kuning kemerahan dengan endapan kuning merah
(++++)     merah jingga sampai merah bata

G.   Hasil Pemeriksaan & Interpretasi Hasil
No
Tabung ke-
Komposisi Bahan
Pengamatan Warna
Interpretasi
Sebelum pemanasan
Setelah Pemanasan
1.
A
Fehling A + Fehling B + Sampel urine 1
Biru tua
Kuning kehijauan
++
2.
B
Fehling A + Fehling B + Sampel urine 2
Biru tua
Kuning kemerahan
+++
3.
C
Fehling A + Fehling B + Sampel urine 3 (urine normal)
Biru tua
Biru tua
-

Apabila hasil +, maka di dalam sampel urine mengandung glukosa dengan kadar yang berbeda-beda. Semakin banyak nilai + yang dihasilkan maka semakin besar pula kandungan glukosa yang terdapat dalam sampel urine.


PEMERIKSAAN PROTEIN URIN DENGAN ASAM ASETAT 
A.   Tujuan
Untuk mengetahui uji protein pada urin dengan asam asetat dan mengetahui besarnya kandungan protein yang terdapat pada urin.
B.   Alat  
1.    Tabung reaksi 
2.    Penjepit tabung reaksi 
3.    Rak tabung 
4.    Pipet tetes 
5.    Corong 
6.    Pipet volume 
7.    Lampu spiritus/ Bunsen 
8.    Beker glass 
9.    Bengkok/ ember dengan larutan klorin 0,5%

C.   Bahan 
1.    Asam asetat 6% 
2.    Urin patologis

D.   Cara Kerja
1.  Masukkan urin yang sudah disaring 2-3 cc ke dalam tabung reaksi hingga mengisi 2/3 tabung (tabung 1 : isi urine normal, tabung 2 : isi urin patologis)
2.   Jepit tabung pada bagian bawah, miringkan tabung sekitar 45 derajat sehingga bagian atas tabung dapat dipanasi di atas nyala api berjarak 2-3 cm sampai mendidih selama 30 detik.
3.  Perhatikan teerjadinya kekeruhan di lapisan atas urin tersebut. Bandingkan kejernihannya dengan urin yang tidak dipanasi pada bagian bawah tabung. Jika terjadi kekeruhan, maka itu disebabkan oleh protein, tetapi mungkin juga karena Kalsium Fosfat atau Kalsium Karbonat.
4.  Untuk menentukan apakah kekeruhan yang terjadi akibat Kalsium Fosfat maka bila ke dalam urin yang masih panas tersebut di teteskan 3-5 tetes larutan asam asetat 6% maka kekeruhan akan hilang, tetapi dengan disertai pembentukan gas. Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi bertambah keruh berarti uji protein tersebut positif.
5.  Panaskanlah sekali lagi bagian atas tabung tersebut sampai mendidih dan kemudian berikan penilaian terhadap pemeriksaan protein urin tersebut. Bandingkan dengan urin kontrol
6.   Catat Hasil Pengamatan

E.   Cara penilaian uji protein
1.    Negatif -             :  Jernih, tidak ada kekeruhan sedikitpun
2.  Positif + (1+) :  Kekeruhan ringan /butiran halus; kadar protein rata-rata 0,01-0,05%
3.   Positif ++ (2+) : Kekeruhan mudah dilihat dan nampak butir-butir dalam kekeruhan dan ada endapan, kadar protein kira-kira 0,05-0,2%
4.    Positif+++ (3+) :   Jelas keruh dengan kepingan-kepingan dan mengkristal; kadar protein kira-kira 0,02-0,5%
5.    Positif ++++(4+)     :  Sangat keruh dengan kepingan ± kepingan besar atau bergumpal-gumpal atau memadat; kadar protein kira-kira lebih dari 0,5%. Jika terdapat lebih dari 3% protein akan membeku.


PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN PROTEIN URIN (METODE ASAM ASETAT)

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :
0          :  Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1        :  Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus berurutan)
2          :  Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu
3          :  Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya diri
N/A     :  Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini
LANGKAH/TUGAS
PENILAIAN
0
1
2
3
N/A
PERSIAPAN ALAT





1.    Urin 5 cc





2.    Asam asetat 6% (1 cc)





3.    Lampu spiritus 1 buah





4.    Tabung reaksi 2 buah





5.    Sarung tangan 1 pasang





6.    Spuit 2-3 cc





7.    Pipet 2 buah





8.    Korek api





9.    Tissue dan kertas saring





10. Bengkok atau ember dengan larutan klorin 0,5%





11. Penjepit tabung





PELAKSANAAN





1.    Isilah tabung reaksi masing-masing dengan urin yang sudah disaring 2-3 cc (satu tabung reaksi sebagai control)





2.    Panaskan urin di atas lampu spiritus berjarak 2-3 cm dari ujung lampu sambil digoyang-goyang hingga mendidih (30 detik)





3.    Tambahkan 3-5 tetes asam asetat 6%





4.    Panaskan sekali lagi





5.    Bandingkan dengan urin kontrol







Catatan
NO
WARNA
PENILAIAN
6.     
Jernih
(-)
7.     
Keruh/butiran halus
(+)
8.     
Endapan
(++)
9.     
Mengkristal
(+++)


PEMERIKSAAN PROTEIN URIN DENGAN ASAM SULFOSALISAT



A.   Dasar Teori
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N . Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk memnbangun struktur tubuh. Selain itu protein juga bisa digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat dan/atau lemak. Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi.
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi.
Untuk mengetahui adanya protein di dalam urin dilakukan pemeriksaan. Prinsip dari pemeriksaan ini terjadi endapan urine jika direaksikan dengan asam sulfosalisila.
B.   Prinsip
Terjadi endapan urine jika direaksikan dengan asam sulfafosalisat.
C.   Tujuan
Menentukan adanya protein urine.
D.  Alat yang diperlukan
1.    Tabung reaksi dan rak
2.    Pipet
E.  Cara pemeriksaan
1.    2  tabung reaksi A & B diisi masing-masing urine 2 cc
2.    Tabung A +  8 tetes asam sulfusalisisat  20  %  goyang perlahan agar  campur
3.    Kekeruhan dilihat dengan latar belakang gelap.
4.    Bandingkan dengan tabung yang kedua (yang tidak ditambahkan as. Sulfosalisilat 20%). Kalau tetap sama jernihnya tes terhadap protein “negative”.
5.    Jika tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua, panasilah tabung pertama itu diatas nyala api sampai mendidih dan kemudian dinginkan kembali dengan air mengalir :
a.   Jika kekeruhan tetap ada pada waktu pemanasan dan tetap ada juga setelah dingin kembali, tes terhadap protein “Positif”.
b.   Jika kekeruhan itu hilang pada saat pemanasan dan muncul lagi setelah dingin, lakukan pemeriksaan Bence Jones.
F.    Cara penilaian uji protein
1.    Negatif -         :  Tidak ada kekeruhan sedikitpun
2.  Positif + (1+) :  Kekeruhan ringan tanpa butir-butir; kadar protein rata-rata 0,01-0,05%
3.    Positif ++ (2+) :        Kekeruhan mudah dilihat dan nampak butir-butir dalam kekeruhan tersebut  kadar protein kira-kira 0,05-0,2%
4.    Positif+++ (3+) :        Jelas keruh dengan kepingan-kepingan; kadar protein kira-kira 0,02-0,5%
5.    Positif ++++(4+)        :           Sangat keruh dengan kepingan ± kepingan besar atau bergumpal-gumpal atau memadat; kadar protein kira-kira lebih dari 0,5%. Jika terdapat lebih dari 3% protein akan membeku.

Gambar 6 Uji Protein Urin












Tidak ada komentar:

Posting Komentar