PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN BENEDICT
A. Dasar
Teori
Adanya glukosa
dalam urine disebut glukosuria, pada hakekatnya glukosa itu diatur oleh 2
faktor yaitu :
1. Kadar zat glukosa di dalam urin
2.
Ambang ginjal terhadap pengeluaran
zat glukosa dengan urin. Ambang ginjal terhadap pengeluaran zat glukosa pada
kebanyakan orang bertubuh sehat adalah 180 mg%. Gejala glukouria itu akan
terjadi jika kadar glukosa darah melebihi nilai ambang ginjal. Ambang ginjal
tersebut dapat meninggi atau merendah, peristiwa yang juga terdapat pada
penyakit diabetes.
Glukosa mempunyai
sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk
merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas
akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak
begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa
memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/ keton
bebas).
Tes glukosa urin
dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi, dikerjakan dengan
menggunakan fehling, benedict, dan clinitest. Ketiga jenis tes ini dapat
digolongkan dalam jenis pemeriksaan semi-kuantitatif. Sedangkan tes glukosa
dengan reaksi enzimatik dilakukan dengan metode carik celup yang tergolong
dalam pemeriksaan semi-kuantitatif dan kuantitatif (Subawa.2010).
Reaksi benedict
sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna
dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan,
hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada
dasar tabung. Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk
menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa
memberikan warna yang berlainan.
Namun reduksi
positif tidak selalu berarti pasien menderita Diabetes Melitus. Hal ini
dikarenakan pada penggunaan cara reduksi dapat terjadi hasil positif palsu pada
urin yang disebabkan karena adanya kandungan bahan reduktor selain glukosa.
Bahan reduktor yang dapat menimbulkan reaksi positif palsu tersebut antara lain
: galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan
seperti streptomycin, salisilat, dan vitamin C. Oleh karena itu perlu dilakukan
uji lebih lanjut untuk memastikan jenis gula pereduksi yang terkandung dalam
sampel urine. Hal ini dikarenakan hanya kandungan glukosa yang mengindikasikan
keberadaan penyakit diabetes. Penggunaan cara enzimatik lebih sensitif
dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa
urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.
Nilai ambang ginjal untuk glukosa dalam keadaan normal adalah 160-180 mg.
B. Tujuan
Pemeriksaan
Untuk menentukan adanya
glukose dalam urin secara semi kuantitatif.
C. Prinsip
Pemeriksaan
Gukosa dapat
mereduksi kupri dalam reagen benedict dalam larutan alkalis sehingga terjadi
perubahan warna, dengan melihat warna yang terjadi dapat diperkirakan kadar
glukosa dalam urin.
D. Persiapan pasien
Dilarang minum obat vit.C,
salisilat, sterptomisin → memberi hasil positif palsu
E. Bahan
Pemeriksaan
Urine segar F. Alat
dan Reagen
Alat :
- 1 Tabung reaksi
- Penjepit
tabung reaksi
- Rak
tabung
- Pipet
tetes
- Corong
- Pipet
volume
- Lampu
spiritus/ bunsen
- Beker
glass
Bahan :
- 5
cc larutan benedict
- Urine
patologis
G. Cara
Pemeriksaan
- Masukkan 5 ml atau 2,5 ml
reagen benedict kedalam tabung reaksi
- Teteskan 8 tetes urin
patologis kedalamnya (untuk 5ml reagen) atau 4 tetes urin (untuk 2,5 ml
reagen)
- Campurkan urin patologis
5 – 8 tetes ke dalam tabung yang telah berisi benedict.
- Masukkan tabung ke dalam
pemanas air selama 5 menit atau panaskan di tas nyala lampu api spiritus
sampai terbentuk gelembung
- Angkat dan kocok isi
tabung lalu di dinginkan
- Setelah dingin, baca
hasil reaksinya dengan terlebih dahulu mengosok isi tabung
H. Pelaporan
Hasil Pemeriksaan
- Negatif (-) : bila
larutan tetap berwarna biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan agak
keruh
- Positif (+) : bila
larutan berwarnahijau kekuning-kuningan dan keruh, kadar glukosa 0,5-1gr%
- Positif (+
+) : bila larutan berwarna kuning keruh, kadar glukosa
1-1,5 gr%
- Positif (+ + +) : bila
warna larutan jingga atau warna lumpur keruh, kadar glukosa 2-3,5gr%
5.
Positif (++++) : bila warna merah
keruh, kadar glukosa >3,5 gr%
Gambar
5. Hasil Pemeriksaan Glukosa Urin
PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN
(BENEDICT SEMIKUANTITATIF)
Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai
berikut :
0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan
benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan
benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan
dalam observasi ini
Urine segar
PENUNTUN BELAJAR
LANGKAH/TUGAS
|
PENILAIAN
|
||||
0
|
1
|
2
|
3
|
N/A
|
|
PERSIAPAN ALAT
|
|||||
1.
Pereaksi Benedict, reagen Benedict
|
|||||
2.
Urin wanita hamil (diberi label nama)
|
|||||
3.
Tabung reaksi
|
|||||
4.
Rak tabung reaksi, penjepit tabung, sarung tangan
|
|||||
5.
Lampu spiritus
|
|||||
6.
Korek api
|
|||||
7.
Spuit 5 cc
|
|||||
8.
Pipet
|
|||||
9.
Bengkok
|
|||||
10.
Waskom berisi larutan klorin 0,5%
|
|||||
PELAKSANAAN
|
|||||
1.
Isilah tabung reaksi dengan pereaksi Benedict masing-masing 2,5
cc atau 5 cc
|
|||||
2.
Masukkan urin patologis pada salah satu tabung tersebut sebanyak
4 tetes (2,5 cc benedict), 8 tetes (5 cc benedict)
|
|||||
3.
Panaskan diatas lampu spiritus sampai mendidih, biarkan dingin
|
|||||
4.
Bandingkan dengan tabung yang lain dan lihat perbedaan warnanya
|
Catatan
NO
|
WARNA
|
PENILAIAN
|
1.
|
Biru/hijau keruh
|
(-)
|
2.
|
Hijau/hijau kekuningan
|
(+)
|
3.
|
Kuning/kuning kehijauan
|
(++)
|
4.
|
Jingga
|
(+++)
|
5.
|
Endapan merah bata
|
(++++)
|
PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN FEHLING
A.
Tujuan
Untuk memeriksa adanya
kandungan glukosa dalam sampel urine.
B.
Metode yang Digunakan
Tes glukosa urine dilakukan dengan menggunakan metode fehling.
Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan fehling B.
Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan
NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan
kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru
tua. Dalam pereaksi fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi
fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO.
C.
Prinsip Pemeriksaan
Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri menjadi kupro
kemudian membentuk Cu2O yang mengendap dan berwarna merah.
Intensitas warna merah dari ini secara kasar menunjukkan kadar glukosa dalam
urine yang diperiksa.
D.
Alat dan Bahan
Alat
1. Tabung reaksi
2. Api bunsen
3. Pipet volume
4. Ball filler
Bahan
1. Sampel urine
2. Reagen Fehling A dan
Fehling B
E.
Cara Kerja
1. Dipipet 1 ml fehling A
dan Fehling B, dan dicampurkan dalam tabung reaksi hingga homogen (untuk
pemeriksaan tiga sampel).
2. Dipipet masing-masing 1
ml larutan tersebut ke dalam tiga tabung reaksi
3. Ditambahkan
masing-masing 0,5 ml sampel urine ke dalam tiga tabung reaksi tersebut
4. Ketiga tabung dipanaskan
di atas api bunsen hingga mendidih
5. Setelah dingin, diamati
perubahan warna yang terjadi pada ketiga tabung.
F.
Interpretasi
(-) :
warna biru / hijau keruh
(+) :
larutan keruh dan hijau agak kuning
(++) :
kuning kehijauan dengan endapan kuning
(+++) :
kuning kemerahan dengan endapan kuning merah
(++++) : merah
jingga sampai merah bata
G.
Hasil Pemeriksaan & Interpretasi
Hasil
No
|
Tabung ke-
|
Komposisi Bahan
|
Pengamatan Warna
|
Interpretasi
|
|
Sebelum pemanasan
|
Setelah Pemanasan
|
||||
1.
|
A
|
Fehling A + Fehling B + Sampel urine 1
|
Biru tua
|
Kuning kehijauan
|
++
|
2.
|
B
|
Fehling A + Fehling B + Sampel urine 2
|
Biru tua
|
Kuning kemerahan
|
+++
|
3.
|
C
|
Fehling A + Fehling B + Sampel urine 3 (urine normal)
|
Biru tua
|
Biru tua
|
-
|
Apabila hasil +, maka di dalam sampel urine mengandung glukosa
dengan kadar yang berbeda-beda. Semakin banyak nilai + yang dihasilkan maka
semakin besar pula kandungan glukosa yang terdapat dalam sampel urine.
PEMERIKSAAN PROTEIN URIN DENGAN ASAM ASETAT
A. Tujuan
A. Tujuan
Untuk mengetahui uji protein pada urin dengan asam asetat dan
mengetahui besarnya kandungan protein yang terdapat pada urin.
B.
Alat
1. Tabung reaksi
2. Penjepit tabung reaksi
3. Rak tabung
4. Pipet tetes
5. Corong
6. Pipet volume
7. Lampu spiritus/ Bunsen
8. Beker glass
9. Bengkok/ ember dengan larutan klorin 0,5%
1. Tabung reaksi
2. Penjepit tabung reaksi
3. Rak tabung
4. Pipet tetes
5. Corong
6. Pipet volume
7. Lampu spiritus/ Bunsen
8. Beker glass
9. Bengkok/ ember dengan larutan klorin 0,5%
C. Bahan
1. Asam asetat 6%
2. Urin patologis
1. Asam asetat 6%
2. Urin patologis
D. Cara Kerja
1. Masukkan urin yang sudah disaring 2-3 cc ke dalam tabung reaksi
hingga mengisi 2/3 tabung (tabung 1 : isi urine normal, tabung 2 : isi urin
patologis)
2. Jepit tabung pada bagian bawah, miringkan tabung sekitar 45
derajat sehingga bagian atas tabung dapat dipanasi di atas nyala api berjarak
2-3 cm sampai mendidih selama 30 detik.
3. Perhatikan teerjadinya kekeruhan di lapisan atas urin tersebut.
Bandingkan kejernihannya dengan urin yang tidak dipanasi pada bagian bawah
tabung. Jika terjadi kekeruhan, maka itu disebabkan oleh protein, tetapi
mungkin juga karena Kalsium Fosfat atau Kalsium Karbonat.
4. Untuk menentukan apakah kekeruhan yang terjadi akibat Kalsium
Fosfat maka bila ke dalam urin yang masih panas tersebut di teteskan 3-5 tetes larutan
asam asetat 6% maka kekeruhan akan hilang, tetapi dengan disertai pembentukan
gas. Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi bertambah keruh berarti uji protein
tersebut positif.
5. Panaskanlah sekali lagi bagian atas tabung tersebut sampai
mendidih dan kemudian berikan penilaian terhadap pemeriksaan protein urin
tersebut. Bandingkan dengan urin kontrol
6. Catat Hasil Pengamatan
E. Cara penilaian uji protein
1. Negatif - : Jernih, tidak ada kekeruhan sedikitpun
2. Positif + (1+) : Kekeruhan ringan /butiran halus; kadar protein
rata-rata 0,01-0,05%
3. Positif ++ (2+) : Kekeruhan mudah dilihat dan nampak
butir-butir dalam kekeruhan dan ada endapan, kadar protein kira-kira 0,05-0,2%
4. Positif+++ (3+) : Jelas keruh dengan kepingan-kepingan dan
mengkristal; kadar protein kira-kira 0,02-0,5%
5. Positif ++++(4+) : Sangat keruh dengan kepingan ± kepingan
besar atau bergumpal-gumpal atau memadat; kadar protein kira-kira lebih dari
0,5%. Jika terdapat lebih dari 3% protein akan membeku.
PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN PROTEIN URIN
(METODE ASAM ASETAT)
Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai
berikut :
0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
dengan benar atau tidak sesuai urutan (apabila harus berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan
benar tetapi ragu-ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan
benar dan percaya diri
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan
dalam observasi ini
LANGKAH/TUGAS
|
PENILAIAN
|
||||
0
|
1
|
2
|
3
|
N/A
|
|
PERSIAPAN ALAT
|
|||||
1.
Urin 5 cc
|
|||||
2.
Asam asetat 6% (1 cc)
|
|||||
3.
Lampu spiritus 1 buah
|
|||||
4.
Tabung reaksi 2 buah
|
|||||
5.
Sarung tangan 1 pasang
|
|||||
6.
Spuit 2-3 cc
|
|||||
7.
Pipet 2 buah
|
|||||
8.
Korek api
|
|||||
9.
Tissue dan kertas saring
|
|||||
10.
Bengkok atau ember dengan larutan klorin 0,5%
|
|||||
11.
Penjepit tabung
|
|||||
PELAKSANAAN
|
|||||
1.
Isilah tabung reaksi masing-masing dengan urin yang sudah
disaring 2-3 cc (satu tabung reaksi sebagai control)
|
|||||
2.
Panaskan urin di atas lampu spiritus berjarak 2-3 cm dari ujung
lampu sambil digoyang-goyang hingga mendidih (30 detik)
|
|||||
3.
Tambahkan 3-5 tetes asam asetat 6%
|
|||||
4.
Panaskan sekali lagi
|
|||||
5.
Bandingkan dengan urin kontrol
|
Catatan
NO
|
WARNA
|
PENILAIAN
|
6.
|
Jernih
|
(-)
|
7.
|
Keruh/butiran halus
|
(+)
|
8.
|
Endapan
|
(++)
|
9.
|
Mengkristal
|
(+++)
|
PEMERIKSAAN PROTEIN URIN DENGAN ASAM SULFOSALISAT
A. Dasar Teori
Protein adalah sumber asam
amino yang mengandung unsur C,H,O dan N . Protein sangat penting sebagai sumber
asam amino yang digunakan untuk memnbangun struktur tubuh. Selain itu protein
juga bisa digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari
karbohidrat dan/atau lemak. Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan
dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan
pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya.
Urin terdiri dari air dengan
bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan
materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan
interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi.
Biasanya, hanya sebagian
kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal
dan diekskresikan ke dalam urin. Normal ekskresi protein biasanya tidak
melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan
sebagai proteinuria. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria.
Beberapa keadaan yang dapat
menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati
karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan
kehamilan (pre-eklampsia,
eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga
dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau
stress karena emosi.
Untuk mengetahui adanya
protein di dalam urin dilakukan pemeriksaan. Prinsip dari pemeriksaan ini
terjadi endapan urine jika direaksikan dengan asam sulfosalisila.
B. Prinsip
Terjadi endapan urine
jika direaksikan dengan asam sulfafosalisat.
C. Tujuan
Menentukan adanya
protein urine.
D. Alat yang diperlukan
1. Tabung reaksi dan rak
2. Pipet
E. Cara pemeriksaan
1. 2 tabung reaksi A & B diisi masing-masing urine
2 cc
2. Tabung A + 8 tetes asam sulfusalisisat 20
% goyang perlahan agar campur
3. Kekeruhan dilihat dengan
latar belakang gelap.
4. Bandingkan dengan tabung
yang kedua (yang tidak ditambahkan as. Sulfosalisilat 20%). Kalau tetap sama
jernihnya tes terhadap protein “negative”.
5. Jika tabung pertama
lebih keruh dari tabung kedua, panasilah tabung pertama itu diatas nyala api
sampai mendidih dan kemudian dinginkan kembali dengan air mengalir :
a. Jika kekeruhan tetap ada
pada waktu pemanasan dan tetap ada juga setelah dingin kembali, tes terhadap
protein “Positif”.
b. Jika kekeruhan itu
hilang pada saat pemanasan dan muncul lagi setelah dingin, lakukan pemeriksaan
Bence Jones.
F. Cara penilaian uji protein
1. Negatif - : Tidak ada kekeruhan sedikitpun
2. Positif + (1+) : Kekeruhan ringan tanpa butir-butir; kadar
protein rata-rata 0,01-0,05%
3. Positif ++ (2+) : Kekeruhan mudah dilihat dan nampak
butir-butir dalam kekeruhan tersebut
kadar protein kira-kira 0,05-0,2%
4. Positif+++ (3+) : Jelas keruh dengan kepingan-kepingan;
kadar protein kira-kira 0,02-0,5%
5. Positif ++++(4+) : Sangat keruh dengan kepingan ± kepingan
besar atau bergumpal-gumpal atau memadat; kadar protein kira-kira lebih dari
0,5%. Jika terdapat lebih dari 3% protein akan membeku.
Gambar
6 Uji Protein Urin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar